Sunday, August 30, 2020

Materi PJJ Bahasa Inggris Kelas 7 (video, RPP, dan Quiz)

Materi Bahasa Inggris untuk PJJ


Hello educators, 

Lama tidak saya update di sini ya. Sekarang keasyikan main edit video. 

Jadi kenapa kok akhirnya saya kembali menyapa di sini? Karena beberapa hari lalu diingatkan kalau domainnya udah mau habis. Dan baru saja saya melakukan pembayaran perpanjangan. Sayang kan kalau sudah dibayar tidak dimanfaatkan. Hehe. 

Bismillah, kembali menulis agar bisa memberi manfaat yang lebih banyak. Aamiin 

Baik langsung saja saya mau share materi Bahasa Inggris yang sdah saya kembangkan selama semester ini ya, semoga manfaat. 

1. KD 3.1 & 4.1 Materi Greeting and Leave taking

Materi ini videonya bisa diakses di Video See you, Raul

Dialog audio Kelas 7 See you, Raul di Dialog mp3 di sini

Quiz di sini

2. KD 3.2 & 4.2 Jati diri sendiri 

Materi videonya dapat diakses Video My name's Dina

RPP sederhana bisa diunduh di RPP di sini

Quiz ada di sini

3. KD 3.2 & 4.2 Jati diri orang lain

Materi videonya dapat diakses di Video This is my brother, Dio

Quiz dapat diakses di Quiz Dio

RPP dapat diakses di RPP Dio

4. KD 3.3 & 4.3 Meminta dan memberi informasi tentang waktu dalam angka

Materi videonya dapat diakses di Do you have the time?

Quiz dapat diakses di Quiz Times

RPP dapat diakses di RPP Times

Baik, semoga bermanfaat ya Bapak/Ibu. 

Aamiin

Salam, 

Laily English

Friday, June 5, 2020

Instrumen Penilaian Harian Kelas 7 KD 3.7

Instrumen Penilaian Harian Kelas 7 KD 3.7 


Instrumen Penilaian Harian. Hello educators, lama saya tdk menyapa lewat Blog ya. Semoga kabarnya sehat wal afiat.  Masih setia dengan stay at home ajah, belajar & bekerja di rumah sehingga berharap semua ini segera berakhir, please go away si wabah. Allahumma Aamiin. 

Well, beberapa waktu lalu (two days ago) saya berbagi link Penilaian Harian Kelas 7 KD 3.7 ya yang bisa dishare ke anak2 untuk berlatih/penilaian harian di rumah aja jadi saya pilih google form yang ramah devices. Terima kasih untuk teman-teman guru yang sudah share dan sampai saat ini sudah 1572 respon (8 April 2020 jam 6.11). Tentunya ada bbrp respon yang terunggah berkali-kali, mungkin anak senang main klik-klik soal dan exciting atau karena jaringan yang mengakibatkan berkali-kali kirim respon. That's one of the limitation of this PH, tapi kalau mau dibatasi anak 1 respon bisa juga namun mereka harus punya akun gmail yang ini tidak semua anak bisa akses. So, masalah teknis ini bisa disikapi dengan bijak. Tak masalah. Sekali lagi terima kasih Teachers yang sudah share. 

Instrumen Penilaian Harian Kelas 7 KD 3.7 masih bisa diakses ya untuk siswanya di bit.ly/PH_KD37. Sedangkan yang perlu responnya bisa japri saya aja via email (lailyaminf@gmail.com) atau WA saya (yang punya nomor saya tentunya) LOL. 

Karena banyaknya peminat, ada beberapa guru yang ijin SS tuh soal, akhirnya saya kasih janji kalau responden sudah lebih dari 1000 maka soal akan saya release. Sayangnya, nih postingan tetep aja didraft karena si empunya blog sibuk nginem. 

Maafkeunn ya. Baik Karena janji adalah janji hehe, silakan yang memerlukan soal versi Word untuk dikombinasi dengan soal PATnya bisa diintip kisi-kisi soalnya dan soal PH nya di sini. 

Semoga bermanfaat. Semoga Eomma rempong ini bisa mulai menyapa educators lagi di www.lailyenglish.com ya

Sampai jumpa lagi 

Friday, January 31, 2020

GENERALISASI VALIDITAS






Generalisasi Validitas
oleh
Laily Amin Fajariyah
A.    Pendahuluan
Penelitian yang baik adalah suatu penelitian yang mampu memberikan informasi yang valid/sahih atau memiliki ketepatan data antara data yang telah dikumpulkan dengan data sesungguhnya yang ada di lapangan. Peneliti akan berupaya besar untuk memenuhi ketepatan tersebut melalui prosedur pengukuran yang cermat. Namun, terkadang informasi yang diperoleh melalui prosedur pengukuran apapun bisa keliru. Kekeliruan tersebut bergantung pada saat kondisi pengukuran, misalnya dikarenakan alat ukur yang digunakan, pengukur, kondisi pencahayaan, dan lain sebagainya. Meskipun semua pengukuran bisa keliru sampai batas tertentu, namun para ilmuwan terus mencari cara untuk meningkatkan ketepatan atau presisinya (Brennan, 2001: 1).
Cara yang dilakukan oleh peneliti tersebut antara lain adalah dengan mereka sering melakukan pengukuran pada subset yang telah ditentukan. Selain itu, untuk meningkakan presisi pengukuran tersebut mereka memperbaiki satu atau lebih kondisi pengukuran, sebagai contoh menggunakan alat ukut yang lebih khusus. Namun, penggunaan alat ukur spesifik ini akan memberikan batasan di mana penelitian tersebut akan digeneralisasi. Istilahnya, memperbaiki pengukuran memang akan mengurangi kesalahan dan meningkatkan ketepatan pengukuran, namun akan menyempitkan interpretasi pengukuran. 
Hal ini membuktikan bahwa kesalahan atau kekeliruan yang kita anggap sebelumnya ada bukanlah suatu kesalahan namun merupakan pendefinisian. Sehingga menganggap suatu “kekeliruan” merupakan kesalahan permanen pengukuran adalah sesuatu hal yang berbeda dengan menanggapi “kekeliruan” tersebut dan kemudian menghitung ‘error’ yang ada dan menentukan kondisi pengukuran mana yang berkontribusi padanya. Untuk melakukannya, perlu menetukan apa yang dimaksud dengan pengukuran “ideal” seperti menentukan kondisi yang tepat untuk mengeneralisasi penelitian dan kondisi mana skor yang diamati diperoleh (Brennan, 2001: 2). Dari kasus inilah muncul istilah generalisabiliti atau disebut generalisasi.
Brennan (2001: 2) mengatakan:Generalizability theory enables an investigator to identify and quantify the sources of inconsistencies in observed scores that arise, or could arise, over replications of a measurement procedure.!” Teori generalisasi memungkinkan seorang penyelidik untuk mengidentifikasi dan menghitung atau mengukur sumber ketidakkonsistenan dalam skor yang diamati yang muncul, mungkin muncul lebih dari replikasi prosedur pengukuran. Selanjutnya makalah ini akan membahas tentang generalisasi khususnya generalisasi validitas, terkait pengertiannya, prosedurnya, dan contohnya dalam penilaian Bahasa Inggris.

B.     Teori Generalisasi (Teori G)
Sebelum kita membahas lebih dalam tentang generalisasi validitas, akan kita pelajari dulu teori generalisasi. Dalam buku yang pertaman tentang “Generalizability Theory” yang ditulis oleh Richard J. Shavelson dan Noreen M. Web (Shavelson & Webb, 1991:1) disampaikan pengertian generalisabilitas sebagai berikut. “Generalizability is a statistical theory about the dependability of behavioral measurement.” Dari kalimat ini, sebagai pendahuluan kita mengetahui bahwa generalisasi adalah teori tentang keandalan pada pengukuran tingkah laku.  Keandalan yang dimaksudkan adalah ketepatan generalisasi dari skor yang diamati dari suatu pengukuran terhadap rata-rata skor yang akan diterima seseorang dalam berbagai kondisi yang ada. Sehingga dapat disimpulkan bahwa keandalan adalah suatu asumsi atas pengetahuan, sikap, keterampilan dan atribut pengukuran lainnya dalam kondisi yang stabil. Sehingga, kita asumsikan jika ada perbedaan skor seseorang dalam pengukuran yang berbeda waktunya adalah suatu kesalahan pengukuran dan bukan merupakan perubahan sistemik karena kematangan belajar (Shavelson & Webb, 1991:1).
Teori klasik hanya mampu mempreduksi satu sumber kesalahan saja, misalkan variasi skor dalam hal waktu pelaksanaan pengukuran dengan penggunaan reliabilitas tes-retes. Sedangkan, G theory, atau teori generalisasi mampu menganalisa berbagai macam eror/kesalahan yang terjadi dalam suatu pengukuran dan dianalisa dalam satu waktu. Teori generalisasi menawarkan kerangka kerja konseptual yang luas dan seperangkat prosedur statistik yang kuat untuk menangani berbagai pengukuran masalah. Teori ini bisa dipandang sebagai perpanjangan dari teori klasik melalui aplikasi prosedur analisis varians tertentu (ANOVA) untuk masalah pengukuran. Dengan kata lain, Teori G mampu membantu pengambil keputusan untuk menentukan berapa kesempatan, bentuk tes dan administrator diperlukan untuk menghasilkan skor yang andal. Dalam prosesnya, teori G mampu menyajikan koefisien yang menunjukkan keandalan, yang disebut dengan koefisien generalisasi (Shavelson & Webb, 1991:12; Brennan, 2001:2).
Kerangka kerja teori-G menggabungkan dua tahap yang sesuai dengan dua tahap desain tes: (a) studi generalisasi (G-), yang menghasilkan informasi yang dapat digunakan untuk merancang tes dan (b) sebuah studi decision (D-), yang dapat digunakan untuk membuat keputusan tentang individu atau kelompok individu (misalnya, sekolah). Studi-G digunakan untuk mengevaluasi kepentingan relatif dari berbagai sumber pengukuran kesalahan dan selidiki dampak berbagai perubahan dalam desain pengukuran (mis., nomor yang berbeda tugas atau penilai / peringkat). Studi-D menggabungkan desain terbaik untuk memungkinkan interpretasi skor keakuratan dalam kerangka referensi relatif atau yang direferensikan norma atau dalam referensi absolut atau kriteria (Brennan, 2001).

C.    Generalisasi Validitas/Validity Generalizability (VG)
Validitas merupakan hal utama dalam mengevaluasi kelayakan interpretasi skor tes dan memberikan kerangka kerja umum untuk mengevaluasi pengukuran. Selain itu, dalam kaitannya penggunaan suatu hasil penelitian untuk diberlakukan ke kelompok di luar penelitian, maka persoalan lain yang disebut validitas ekternal akan muncul. Sehingga meskipun penelitian tersebut telah memiliki validitas ekternal, namun tingkat generalisasinya tetap menjadi suatu pertimbangan (Andi Ulfa Tenri Pada, 2014: 1). Dari kasus generalisi dan validitas inilah maka muncul kajian validity generalizability (biasa disingkat VG yang akan diadaptasi dalam makalah ini, meskipun dalam Bahasa Indonesianya adalah generalisasi validitas).
Biddle and Nooren (2006: 220) memberikan gambaran yang relatif jelas tentang generalisasi validitas/ validity generalizability (VG) ini. VG disebut juga meta analisis yang dilakukan di bidang pengukuran. Meta analisis dalam VG ini adalah suatu teknik statistik yang digunakan untuk mengkombinasikan hasil dari beberapa studi penelitian yang membentuk teori umum tentang hubungan beberapa variabel  (misalnya tes dan kinerja) dalam situasi yang berbeda-beda. Pentingnya pelaksanaan VG dalam suatu penelitian adalah untuk mengevaluasi keefektivan atau validitas tes tertentu dalam mendeskripsikan hasilnya dalam lingkup yang luas.
Untuk memahami VG ini, beberapa dasar statistik perlu dipelajari. Bagian yang tak terpisahkan dari VG adalah koefisien validitas yaitu pengukuran secara statistik yang menunjukkan hubungan antar variabel. Korelasi statistik antar variable bisa tinggi bisa rendah. Di bidang pengujian personil, korelasi lebih dari 0.35 memiliki label “sangat bermanfaat,” korelasi antara 0.21 hingga 0.35 adalah "kemungkinan bermanfaat," korelasi antara 0.11 - 0.20 diberi label sebagai "tergantung keadaan,” dan selanjutnya yang kurang dari 0.11 bermerek “tidak mungkin berguna. Selain konsep koefisien validitas, konsep statistik lainnya yang diperlukan dalam memahami VG adalah “VG is a statistical power” Kekuatan yang dimaksud adalah kemampuan suatu studi untuk menemukan hasil yang signifikan secara statistik. Studi validitas yang memiliki ukuran sampel besar (mis., 500 subjek) memiliki kekuatan statistik yang tinggi, dan mereka yang memiliki sampel kecil memiliki kekuatan statistik yang rendah.
Power statistic inilah yang diteliti oleh Shmiidt dan Hunter (1977) yang merupakan penelitian konvensional di mana generalisasi validitas bermula. Schmidt & Hunter meneliti power statistik dari penelitian-penelitian validitas terpilih dan mempertimbangkan suatu prosedur untuk menguji hipotesis mengenai kekhususan yang bersifat situasional. Prosedur baru yang digunakan adalah teknik meta analisis (seperti disampaikan sebelumnya VG adalah sebuah meta analisis) untuk mengestimasi variansi kesalahan melalui sejumlah hasil penelitian. Dengan menggunakan kumpulan penelitian terdahulu serta menggunakan teknik meta analisis.
Terkait manfaat VG, Kane (1999) menyampaikan empat (4) peran generalisasi dalam validitas, yaitu: (1) koefisien generalisasi memberikan batas atas pada validitas, (2) generalisasi adalah satu langkah dalam argumen yang paling interpretatif, dan oleh karena itu, generalisasi adalah kondisi yang diperlukan untuk interpretasi validitas ini, (3) argumen interpretatif menentukan estimasi yang tepat untuk generalisasi, dan (4) generalisasi memberikan pembenaran untuk konten sintaksis label konstruk.

D.    Prosedur Dasar Generalisasi Validitas
Dalam penghitungannya, VG dihitung menggunakan ANOVA. Prinsip dasar dari model VG adalah pemartisian variansi, yaitu identifikasi dan pemilahan terhadap variansi dari validitas teramati yang bertanggung jawab terhadap error sistematik yang berhubungan dengan artifak statistik dan error dari random sampling. Secara khusus Pearlman, Schmidt, Hunter, Linn & Dunbar menjelaskan dalam literatur generalisasi validitas bahwa efek sistematik ini dapat dibaca pada bahasan-bahasan tentang perbedaan antara penelitian-penelitian dalam hal reliabilitas tes, kriteria reliabilitas, hal Batasan interval, jumlah dan jenis dari kriteria kontaminasi dan defisiensi, struktur factor dari tes yang konstruk yang sama, dan perbedaan dalam penelitian-penelitian dalam hal struktur faktor dari kriteria pengukuran (Schmidt et al., 1993). Dengan demikian variansi yang tidak terkait dengan ketujuh faktor ini akan mencerminkan variabilitas dari validitas yang sesungguhnya. Model dasar untuk generalisasi validitas didasarkan pada suatu struktur persamaan untuk koefisien korelasi teramati antara prediktor X dan kriteria Y yang dapat dituliskan sebagai berikut:
R = r+ e
Keterangan: R adalah korelasi teramati, ρ’ adalah korelasi populasi yang dibatasi, dan e adalah peluang error yang berhubungan dengan sampling.
Jika dalam hal ini ukuran sampelnya tak terhingga, maka korelasinya akan sebesar ρ’. Namun dengan ukuran sampel yang aktual (tidak tak terhingga) maka ada perbedaan antar korelasi teramati (R) yang dihitung dari data. Korelasi yang dibatasi dihitung dari data. Korelasi yang dibatasi berbeda dari korelasi populasi yang berhubungan dengan ketidakreliabelan prediktor, ketidakreliabelan kriteria, dan pembatasan jangkauan. Persamaan struktural yang lengkap yang digunakan di hampir keseluruhan penelitian generalisasi validitas dapat ditulis sebagai berikut:
r = abcr + e
 Keterangan:
ρ = korelasi populasi
r = korelasi teramati
a = (ryy’)1/2 = akar kuadrat dari reliabilitas kriteria
b = (xxr’)1/ 2 = akar kuadrat dari reliabilitas kriteria
c = (u/(1+(u-1) ρ2a2b2))1/ 2 , adalah faktor pembatasan jangkauan
e = kesalahan sampling
u = rasio dari SD terbatas terhadap SD tak terbatas dari X.

E.     Aplikasi VG dalam Penilaian Bahasa Inggris
            Aplikasi VG dalam penilaian Bahasa Inggris diteliti oleh Jinyang Huang. Huang (2011: 124-5) merangkum faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan dan validitas penilaian menulis Bahasa Inggris khususnya ESL (English as a second Language= Bahasa Inggris sebagai Bahasa kedua). Faktor tersebut adalah: (1) jenis dan kesulitan tugas menulis dapat mempengaruhi penilaian menulis dalam ESL; (2) metode rating (holistic vs analitic) dapat mengubah aplikasi kriteria rating dalam menilai tulisan siswa, misalkan penilai cenderung menilai unsur kebahasaan dibandingkan isinya ketika menggunakan rating holistik; (3) kriteria penilaian yang digunakan oleh penilai adalah sumber utama kekhawatiran tentang akurasi dan validitas peringkat tulisan ESL; (4) latar belakang dan pengalaman penilai dapat memiliki dampak penting pada penilianan tulisan ESL; dan (5) pelatihan penilai/rater juga dapat memengaruhi akurasi penilaian tulisan ESL.
            Teori G memiliki "peran penting dalam semua bentuk penilaian pendidikan, termasuk penilaian menulis langsung dan penilaian kinerja di bidang lainnya. (Ferrara, 1993, h. 2). Teori G ini adalah metode statistik yang secara bersamaan dapat mengidentifikasi berbagai sumber varians kesalahan dan memperkirakan dampak sumber-sumber ini pada akurasi penilaian, mis., keandalan, memungkinkan penyelidik mempertimbangkan banyak aplikasi suatu instrumen (Shavelson & Webb, 1991). Secara teknis, teori-G menggunakan analisis varians (ANOVA) untuk membagi variasi dalam skor berbagai sumber dan istilah interaksinya. Dalam hal penilaian penulisan, ini membagi varians dalam skor penulisan yang ditugaskan untuk tugas atau item, penilai / peringkat, kesalahan, dan komponen interaksi. Teori-G memberikan indikasi paling kuat bahwa penilai memiliki peringkat yang sama dan juga peringkat sebuah konstruksi umum (Shavelson & Webb, 1991).
Teori G telah semakin banyak digunakan dalam berbagai konteks penelitian penilaian bahasa kedua, termasuk penelitian dalam penilaian penulisan bahasa kedua. Penggunaan G-teori, studi ini telah meneliti efek dari aspek yang berbeda (mis., pemberi rating/ penilaian, tugas menulis, dll.) pada akurasi dan variabilitas skor penulisan. Untuk contoh, Schoonen (2005) meneliti efek dari penilai dan segi tugas pada generalisasi skor menulis dan bagaimana efek ini tergantung pada kategori dan metode penilaian. Temuannya menunjukkan bahwa skor penulisan secara substansial dipengaruhi oleh hal-hal tersebut dan bukan dari kemahiran menulis. Efek karena tugas dan penilai dalam tugas memberikan pengaruh besar pada skor akurasi dan generalisasi. Namun, efek ini tergantung pada peringkat kategori dan metode. Awalnya dikembangkan sebagai pendekatan yang komprehensif dan kuat untuk menilai akurasi pengukuran, G-theory juga menyediakan metode untuk memeriksa validitas konstruk penilaian kinerja (Shavelson & Webb, 1991).  Teori G juga dapat mendukung kesimpulan validitas konstruk melalui pengujian ukuran relatif komponen varians (Kraiger & Teachout, 1990).
Hasil penelitian Huang (2011) adalah sebagai berikut. Pertama, penelitian ini menunjukkan bahwa perbedaan variasi skor memang ada antara ESL (siswa Bahasa Inggris sebagai Bahasa kedua) dan siswa NE (Native English/penutur asli) ketika skor awal digunakan. Ada efek besar bagi orang di dalamnya interaksi kelompok-menurut-peringkat bahasa dan varians karena interaksi orang-per-peringkat adalah secara signifikan (p <0,05) lebih besar untuk siswa ESL daripada untuk siswa NE di setiap jenjang. Perbedaan karena untuk interaksi orang-per-peringkat mewakili varian yang tidak diinginkan. Hasil ini menunjukkan bahwa ada kekurang konsistenan dalam pemberian rating tulisan siswa ESL. Perbedaan seperti itu seharusnya tidak ada jika penilai sama-sama mahir dalam mencetak tulisan siswa ESL sebagai tulisan siswa NE. Kedua, yang diinginkan varians karena objek pengukuran secara signifikan (p <0,05) lebih kecil untuk siswa ESL daripada untuk siswa NE dalam satu tahun (2001). Perbedaan dalam hal variasi yang tidak diinginkan antara ESL dan skor penulisan NE dapat menimbulkan pertanyaan tentang keakuratan dan membangun validitas penulisan skor diberikan kepada siswa ESL dalam semua tiga tahun jika skor awal digunakan.
Sub-pertanyaan penelitian kedua dan keempat bertanya tentang perbedaan dalam akurasi nilai tertulis yang ditugaskan untuk siswa ESL dan NE dan dampak dari perbedaan-perbedaan ini pada peringkat desain untuk siswa ESL dibandingkan dengan siswa NE. Ketika skor awal digunakan, siswa ESL memiliki koefisien G-secara signifikan lebih rendah (p <0,05) daripada siswa NE dalam semua tiga tahun dan pada kenyataannya mereka hampir tidak bisa memiliki koefisien G yang sebanding dengan siswa NE.
Sub-pertanyaan penelitian ketiga bertanya tentang perbedaan validitas konstruk nilai tulisan yang ditugaskan untuk siswa ESL dan NE. Ketika skor awal digunakan, ada yang signifikan (p <0,05) validitas kurang konvergen dalam satu tahun (2001) dan validitas kurang diskriminatif dalam semua tiga tahun dari nilai penulisan yang ditugaskan untuk siswa ESL daripada siswa NE. Perbedaan hasil ini menunjukkan adanya bias dalam rating tulisan ESL jika skor awal digunakan. Skor tulisan kurang valid untuk siswa ESL akan menjadi hasil yang tidak adil dan dapat menyebabkan konsekuensi lainnya yang tidak diinginkan (Johnson et al., 2000).
Bersama-sama, perbedaan selama tiga tahun dalam hal akurasi dan validitas konstruk antara skor tulisan siswa ESL dan NE menimbulkan pertanyaan tentang kewajaran nilai atau skor tulisan awal yang ditugaskan untuk siswa ESL ini. Jika skor tulisan siswa ESL tidak sama akurat dan valid sebagai nilai tulisan siswa NE, maka keadilan dapat menjadi perhatian bagi siswa ESL (Johnson et al., 2000). Perbedaan dalam akurasi dan validitas mungkin menyarankan kemampuan yang tidak setara untuk digunakan penilai skala analitik untuk pentulisan siswa ESL dibandingkan dengan tulisan siswa NE. Namun selanjutnya penelitian akan diperlukan untuk menentukan penyebab perbedaan-perbedaan ini. Sebagai kesimpulan, penelitian ini memberikan bukti awal bahwa skor tulisan yang ditugaskan untuk ESL dan NE siswa menghasilkan perbedaan yang signifikan dalam hal akurasi dan validitas konstruk ketika skor awal diperhitungkan. Namun, pemeriksaan lebih lanjut diperlukan untuk menentukan sejauh mana perbedaan ini mempengaruhi keadilan penilaian keterampilan menulis bahasa Inggris siswa ESL dan untuk menemukan cara untuk mempromosikan akurasi dan validitas penilaian penulisan ESL.

F.     Penutup
Teori generalisasi memungkinkan seorang penyelidik untuk mengidentifikasi dan menghitung atau mengukur sumber ketidakkonsistenan dalam skor yang diamati yang muncul, mungkin muncul lebih dari replikasi prosedur pengukuran. Secara teknis, generalisasi validitas (VG) dihitung menggunakan ANOVA. Prinsip dasar dari model VG adalah pemartisian variansi, yaitu identifikasi dan pemilahan terhadap variansi dari validitas teramati yang bertanggung jawab terhadap error sistematik yang berhubungan dengan artifak statistik dan error dari random sampling. Dalam pembelajaran Bahasa Inggris, telah semakin banyak digunakan dalam berbagai konteks penelitian penilaian bahasa kedua, termasuk penelitian dalam penilaian penulisan bahasa kedua.

DAFTAR PUSTAKA
Andi Ulfa Tenri Pada. (2014). Generalisasi validitas dalam penelitian kuantitatif. Dalam Jurnal Biologi Edukasi Edisi 12, Volume 6 Nomor 1, Juni 2014, hal 39-42.
Biddle, D.A. & Nooren, P.M. (2006). Validity generalization vs. Title VII: can employers successfully defend tests without conducting local validation studies? Dalam Labor Law Journal pp 216-237
Brennan, R.L. (2001). Generalizability Theory. Los Angles: Springer
Huang, J. (2011). Using generalizability theory to examine the accuracy and validity of large-scale ESL writing assessment. Assessing Writing 17 (2012) 123–139
Johnson, R. L., Penny, J., & Gordon, B. (2000). The relation between score resolution methods and interrater reliability: An empirical study of an analytic rating rubric. Applied Measurement in Education, 13 (2), 121–138.
Kane, M. (1999). The role of generalizability in validity. Paper presented at the Annual Meeting of the National Council on Measurement in Education (Montreal, Quebec, Canada, April 19-23, 1999). Psychology, 78, 3-12.
Schmidt, F.L., dan Hunter, J.E. (1981). Employment testing: Old theories and new research findings. American Psychologist, 36:1128-1137.
Schmidt, F. L., Law, K., Hunter, J. E., Rothstein, H. R., Pearlman, K., & McDaniel, M. (1993). Refinements in validity generalization methods: Implications for the situational specificity hypothesis. Journal of Applied Psychology, 78(1), 3-12.
Schoonen, R. (2005). Generalizability of writing scores: An application of structural equation modeling. Language Testing, 22 (1), 1–30.
Shavelson, R.J. & Webb, N.M. (1991). Generalizability Theory: a primer. London: Sage Publications.

Monday, January 13, 2020

Welcoming Speech by Laily on Marsigitism Blog


Marsigit Philosophy Class 2019 by Laily Amin Fajariyah (PEP S3 2019)

Hello educators,

This is my special blog to give my voices on the philosophy class. I will share the knowledge and experience also the changes of mind I faced during this class. This class was indeed a special class taught by Prof. Dr. Marsigit, MA . Currently, he is the director of the Graduate study of Yogyakarta State University. He introduced us to the new philosophy, so called MARSIGITISM. For that reason, I named this blog Laily on Marsigit Philosophy Class 2019.

So welcome guys and happy reading.
Best,
Laily Amin Fajariyah

Wednesday, January 1, 2020

Marsigit Philosophy Class Assignment 4 (Review)

Marsigit Philosophy Class Assignment 4 (Review)



“I didn’t know that I DID NOT KNOW until I met you, Philosophy”: Student’s voice on Philosophy Class taught by Prof. Dr. Marsigit, MA

               Marsigit Philosophy Class Assignment 4. This is the fourth task I have to submit as the final assignment in the philosophy class. We have to write a review on the course, the whole process of the teaching and learning process in this semester and then what we have gone through and what finally we got from the course. Let me write this review in the form of a narrative story, Professor. The other students may submit the whole detail of the materials in each meeting, but I will talk about the feeling I have gone through the meetings.
            The first meeting of the class was held on September 5, 2019. We were waiting for you in one of the rooms in the fourth floor in Gedung Unggul. From the schedule, it was said that the lecturer will be Prof.Dr.Marsigit, MA. I did remember well he was the lecturer who taught us (the teachers of Gunungkidul) about lesson study some years ago. When finally, you entered the class, you told us that we did not need to sit in the “formal” seat arrangement, so we arranged the chairs in a small circle. That meeting, you asked our name, hometown, and institution where we belong. You also told us some stories about you and also some requirements of the philosophy class. We need to learn philosophy more by reading your blog (https://powermathematics.blogspot.com).  The things we have to do are reading the posts and commenting on the post, beside you also told us that we would have some quizzes in the following meetings. Finally, the class ended, and it left good impression on me, I thought “this class will be fun”. I visited the blog and read some posts and also commented on some interesting posts. My favorite one was “KEMISTRI”. This figure was my comment on your blog.


As for a language teacher, my comment was related to the term “chemistry” itself. Frankly speaking, reading your posts made me get different view of that issue. I did enjoy reading the posts.
            The following meetings, in Meeting 2,3, 4 and so on were other journeys that I had to go through. I still could not believe myself that I always got zero (0) for my quizzes. We got 50 numbers in each quiz. The quiz consisted of fifty words and we had to find the philosophy of each word. For example, the philosophy of “love” is “romantism”; “healthy” is “harmony”; “things” are “materials” and etc. Then, the next level of the quiz was something like “the philosophy of the goddess fighting, the stones making love, and etc”
As I mentioned earlier, from those 50 numbers I got none of them right. It happened once or twice when I got 1 or 2 for the quiz. At first, I was embarrassed. Frankly speaking, I thought the questions or statements were strange and I also could not believe myself that I KNOW NOTHING. However, after listening to the explanations, I slowly realized that indeed the things were true. For example, the philosophy of “the goddess who fight” means “the end of the world”. Here, the goddess means someone or something in the top position, so when Professor explained it as “the goddess who fight” say, “two countries’ leader were fighting, it caused the two countries’ lives were in danger and would possibly lead to the end of those countries’ lives”. The explanations in a real-life example made me understand the phenomenon more. I was also comforted by Professor’s word that, the zero in my quiz showed that I still need to learn, unlearn, and relearn.  
The next, more complicated philosophy was taught to us. We learnt things about “a priori” and “posteriori” I remembered when Professor drew a line on the middle of the white board. Then this life was actually shown in that line, there were “reality and ideality”, “earth and sky”; “a priori” and “posteriori”, and many more. I might not understand all of those things. But one thing for sure, all the things that I learnt in this philosophy class led me to realize that “I didn’t know that I DID NOT KNOW”.  To make me know means I need to learn more. Learning is not always set up in a classroom, philosophy taught me that learning can happen anywhere and anytime. Learning can be from anything. It just happened after this class that I think of the quote from you, Professor “People are not all alive, some are the dead-walk” And I do not want to be one of those “zombies” so I have to learn. The fact that I realized from this philosophy class, “I didn’t know that I DID NOT KNOW” will make me want to know more and learn more.  

Perjuangan 5 Besar: Calon Duta Teknologi DIY 2024

  Halo Educators Hebad,  Maafkan saya yang lama tidak menyapa. Beberapa hari ini alhamdulillah kembali bergulat dengan waktu dan sat set men...